Mar 3, 2016

Belajar dan Bekerja di Luar Negeri Bukan Hal Mustahil

Agus Sofyan - sukses belajar dan bekerja di Luar Negeri. Belajar atau sekolah di luar negeri merupakan impian banyak orang. Lulusan luar negeri biasanya mudah mendapatkan peluang kerja pada posisi strategis di perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Sebagian orang berpikir bahwa sekolah di luar negeri hanya terbuka bagi mereka yang memiliki kemampuan ekonomi menengah ke atas. Meski banyak tawaran beasiswa dari luar negeri, namun banyak siswa dan mahasiswa berprestasi yang mungkin berpendapatan rendah masih enggan mencari peluang belajar di luar negeri, padahal jika mereka mencoba, kemungkinan besar cita-cita mereka terwujud, tetapi harus dibekali oleh persiapan yang matang.

Diantara persiapan tersebut salah satunya adalah penguasaan bahasa, setidaknya bahasa Internasional. Penguasaan bahasa Inggris merupakan modal utama dalam mengikuti pendidikan di luar negeri. Anda akan bertemu dengan orang-orang dari segala bangsa, kebudayaan dan bahasa.

Ini merupakan kesempatan bagus untuk membentuk komunitas internasional yang akan menciptakan peluang-peluang untuk membangun jaringan berskala internasional (global networking). Selain itu belajar di luar negeri memberi fasilitas sekolah seperti perpustakaan lengkap, laboratorium canggih dengan teknologi terbaru disertai dosen-dosen berdedikasi tinggi yang bekerja penuh waktu.

Di luar negeri, tidak sedikit orang-orang Indonesia yang telah membuktikan kemampuan mereka untuk sukses dalam menyelesaikan pendidikan tinggi mereka, malah dapat bekerja di luar negeri.  Salah satu diantaranya adalah Agus yang dipanggil Profesor Sofyan oleh para mahasiswanya menjadi dosen di Big Sandy Community and Technical College, sekolah program diploma dan politeknik di kota kecil, Paintsville, negara bagian Kentucky.



Warga Betawi yang memiliki nama lengkap Agus Sofyan ini iseng-iseng melamar sebagai dosen di Universitas Lampung, Agus Sofyan, sarjana biologi lulusan Universitas Gajah Mada ini ternyata memperoleh beasiswa melanjutkan kuliah di Universitas Kentucky, Lexington. "Waktu itu pikiran saya dosen itu kan yang saya tahu ya kebanyakan mereka disekolahin ke luar negeri, saya pengen ke luar negeri," ujar Agus.

Sukses adalah bertemunya peluang dan kesiapan.

Selama 10 tahun, warga Betawi ini pun menyelesaikan kuliah hingga tingkat doktoral dan pasca doktoral di universitas tersebut. "Kemudian setelah lulus, saya melamar ke sini, kemudian dipanggil pada bulan Agustus 2007 saya mulai bekerja di sini sebagai tenaga pengajar di jurusan biologi," tambah Agus.
Agus yang dipanggil Profesor Sofyan oleh para mahasiswanya menjadi dosen di Big Sandy Community and Technical College, sekolah program diploma dan politeknik di kota kecil, Paintsville, negara bagian Kentucky.

Prof. Sofyan menjelaskan, "Community college adalah sistem yang dikembangkan di Amerika untuk memberi kesempatan kepada siswa lokal yang ingin melanjutkan sekolah tapi biayanya masih kurang atau juga mereka tidak ingin meninggalkan tempat mereka terlalu lama. Community college biasanya memberikan gelar ada yang diploma, ada yang sertifikat, yang paling tinggi biasanya associate."
Sekolah ini juga memiliki program akademis pra kuliah atau "Early College Academy" bagi para siswa SMA kelas 11 dan 12 yang ingin mencicil kredit kuliah. Menurut agus, sekolah ini sangat membantu mereka, terutama untuk menghemat uang, karena community college biayanya jauh lebih murah dibandingkan dengan universitas biasa.

Savannah Spurlock dan Michael Hamilton adalah dua siswa yang mengambil kelas biologi yang diajar oleh Agus dan keduanya suka dengan cara Agus mengajar. "I love his class, saya senang dengan caranya berinteraksi dengan siswa, ia professor yang bagus. Ia lantang, lucu dan penuh humor," kata Savannah. Sementara menurut Michael, Prof. Sofyan membuat bahan kuliah mudah dimengerti dan ia menjelaskan setiap konsep dengan mendalam, rinci dan menyenangkan.

Tak hanya para mahasiswanya, Agus sendiri mengaku amat menikmati pekerjaannya sebagai pendidik, ini terutama karena fleksibilitas waktu yang membuatnya dapat membagi waktu untuk keluarga dan menyeimbangkan dengan kehidupan sosial dan beragama.

"Setelah saya menjadi dosen beberapa lama, saya merasa ketika saya menyampaikan ilmu itu, saya bertambah banyak ilmunya dan merasa senang untuk transfer ilmu, jadi ada rasa kepuasan sendiri. Jadi sebenarnya mengajar di Indonesia atau di sini sebenarnya sama aja sih, hanya kesempatan waktu itu saya dapatkan, hingga saya laksanakan tugas tersebut mengajar di sini," ujarnya menutup wawancara.

Nah, bila Anda memiliki cita-cita untuk belajar atau bekerja di luar negeri, segera persiapkan diri Anda sejak dini. Cari informasi beasiswa, baik untuk tingkat S-1 dan Magister dan Doktoral. Selain itu, persiapkan kemampuan bahasa Inggris Anda.


Sebagian sumber: VOA

No comments:
Write comments