Oct 2, 2015

10 Cara Meningkatkan Mutu Pendidikan Indonesia

Pendidikan merupakan aspek yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan sangat berpengaruh pada kualitas hidup individu, masyarakat dan bangsa. Tanpa harus mengetahui ranking pendidikan kita di dunia, kita pasti ingin terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan di semua jenjang pendidikan.

Berbicara mengenai mutu pendidikan, itu identik dengan sekolah formal. Sebagai orang awam kita tidak selalu tahu gambaran statistik pendidikan di negara kita, namun tidak sedikit orang yang mengeluhkan mutu pendidikan saat ini. Ada yang berpendapat bahwa materi pengajaran begitu berlimpah dan mudah di dapat, tetapi anak-anak usia sekolah sepertinya lebih tertarik pada hal-hal lain di luar sekolah. Mungkin pendapat itu tidak sepenuhnya benar, tetapi bagaimanapun kita tidak perlu berhenti untuk berupaya meningkatkan pendidikan dari waktu ke waktu.

Pendidikan yang merupakan upaya pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang bertujuan untuk membentuk kepribadian. Meskipun pendidikan dapat dilakukan secara otodidak, tetapi umumnya pendidikan diselenggarakan di bawah bimbingan orang lain. Upaya ini melibatkan siswa, guru, sekolah/sistem, komunitas dan bahan ajar. Maka kelima aspek ini memiliki peran masing-masing dalam menentukan mutu pendidikan. Berikut ini diuraikan 10 poin dalam meningkatkan mutu pendidikan.

A. Siswa

1. Keterlibatan melalui  penugasan berbasis Pembelajaran

Bila memungkinkan siswa perlu ditugaskan topik di luar buku pelajaran, yakni mempelajari topik yang lebih kompleks di dunia nyata. Misalnya di beberapa wilayah perkotaan padat penduduk ada masalah tidak lancarnya aliran air PDAM, atau kualitas air yang tidak baik. Di daerah lainnya mungkin sulit mendapatkan sumber air besih. Anak-anak dapat ditugasi untuk menceritakan bagaimana kualitas air di tempat mereka tinggal.  Kemudian mereka diminta untuk menganalisis informasi dari berbagai sumber, termasuk internet dan wawancara dengan orang lain tentang permasalahan tersebut. Para siswa dapat dimintai pendapatnya bagaimana mengatasi masalah tersebut. Jawaban para siswa tidak harus sempurna, tetapi pendapat mereka harus dihargai, karena itu akan memicu mereka untuk berpikir, mencari informasi yang terkait dan belajar mencari solusi.

2. Keterhubungan melalui pembelajaran terpadu

Pelajaran harus memungkinkan siswa untuk menyentuh semua disiplin ilmu dan mencari hubungan diantara disiplin ilmu tersebut. Sejarah, sastra, dan seni saling berhubungan dan dapat dipelajari secara bersama. Belajar secara terintegrasi ini memungkinkan mata pelajaran dapat dipelajari dengan menggunakan berbagai bentuk pengetahuan dan penyampaian, misalnya keterampilan bahasa tidak hanya berfokus pada kata-kata dan sastra saja, tetapi dapat diungkapkan dengan menggunakan angka, grafik, warna, musik, dan gerak.

3. Berbagi melalui  pembelajaran kooperatif

Belajar  bersama-sama dalam kelompok dan dipandu oleh guru terlatih akan membantu siswa belajar keterampilan berkolaborasi, mengelola emosi, dan menyelesaikan konflik dalam kelompok. Setiap anggota tim bertanggung jawab untuk mempelajari materi pelajaran serta membantu rekan tim untuk belajar. Pembelajaran kooperatif mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, yang dapat menjadi modal mereka kelak menjalani kehidupan mereka sebagai pekerja, anggota keluarga, dan warga negara.

4. Pengembangan melalui Penilaian Komprehensif

Penilaian dapat diperluas selain memberi tes yang biasa dilakukan. Guru, orang tua, dan siswa dapat memantau kemajuan akademik dengan memberi kesempatan penilaian lain yang berfokus pada bidang-bidang mata pelajaran yang perlu perbaikan. Pengujian harus menjadi kesempatan bagi siswa untuk belajar dari kesalahan mereka, mengikuti kembali ujian, dan memperbaiki nilai mereka.

B. Guru 

5. Bimbingan Intelektual dan Emosional 

Peran yang paling penting bagi guru adalah untuk melatih dan membimbing siswa melalui proses belajar, memberikan perhatian khusus untuk menarik minat siswa dan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Dengan perkembangan teknologi dan ketersediaan informasi yang banyak, guru dapat menghabiskan lebih sedikit waktu mengajar, sehingga memiliki lebih banyak waktu membimbing siswa secara perorangan dan memberi bantuan untuk meningkatkan pemahaman di bidang-bidang mana siswa memerlukan bimbingan.

6. Mengajar seperti magang 

Bagi guru, anggaplah kegiatan mengajar itu seperti sedang menjalani magang. Seseorang yang mengikuti program magang bisanya mencari sebanyak mungkin pengalaman dan pengetahuan dari apa yang dijalaninya. Di sekolah guru adalah pembimbing. Maka ia harus menguasai materi yang ia sampaikan. Keterampilan mengajar harus terus diasah,  baik itu melalui kegiatan belajar-mengajar, menghadiri seminar, penataran dan membaca buku-buku tentang pendidikan dan keguruan.

7.  Penggunaan Teknologi

Penggunaan teknologi cerdas dapat mengubah dan meningkatkan hampir setiap aspek dari sekolah, modernisasi kurikulum,  evaluasi siswa, hubungan orangtua, dan administrasi.  Kini sekolah mulai menerapkan kurikulum online yang meliputi rencana pelajaran, simulasi, dan demonstrasi untuk penggunaan di dalam kelas dan ulasan. Dengan koneksi online, siswa dapat berbagi pekerjaan mereka dan berkomunikasi lebih produktif dan kreatif. Guru dapat membuat catatan dan penilaian menggunakan perangkat lunak dan tetap berhubungan dekat dengan siswa dan orangtua melalui email dan pesan suara. Sekolah dapat mengurangi biaya administrasi dengan menggunakan alat-alat teknologi.

8. Reorganisasi sumber daya

Pengelolaan terhadap sumber daya pun perlu dikaji ulang, seperti pemanfaatan waktu, uang, dan fasilitas.  Sekolah hendaknya mengelola sumberdaya secara efektif sehingga mencapai semua aspek secara optimal. Misalnya, mempertahankan keadaan kelas yang kondusif akan membantu guru dan siswa menyelesaikan materi tepat waktu sesuai rencana pembelajaran. Menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan sekolah membantu tingkat kehadiran siswa yang lebih tinggi, sehingga daya serap mereka semakin tinggi.

Pembangunan sekolah baru dan renovasi harus menekankan desain sekolah yang mendukung siswa dan guru berkolaborasi dalam tim, dengan akses luas ke teknologi. Sekolah dapat dirancang ulang agar dapat berfungsi sebagai pusat-pusat komunitas yang menyediakan layanan kesehatan warga sekolah dan bimbingan.

D. Komunitas

9. Keterlibatan orangtua

Apabila sekolah melibatkan orang tua, siswa akan termotivasi belajar lebih giat. Orang tua dan pengasuh lainnya adalah guru pertama anak dan dapat menanamkan nilai-nilai yang mendorong mereka untuk belajar di sekolah. Sekolah harus membangun kerjasama yang kuat dengan orang tua dan menyambut partisipasi aktif mereka dalam kelas. Sekolah harus memberitahu orang tua tentang tujuan pendidikan, pentingnya harapan yang tinggi bagi setiap anak, dan cara-cara membantu  anak-anak dalam mengerjakan PR maupun tentang keterlibatan mereka dalam proses belajar.

10. Peranserta mitra komunitas

Sekolah perlu menjalin kemitraan dengan berbagai organisasi masyarakat, termasuk bisnis, pendidikan tinggi, museum, dan lembaga pemerintah untuk menyediakan bahan-bahan yang sangat dibutuhkan, baik berupa teknologi maupun pengalaman bagi siswa dan guru. Kelompok-kelompok yang menjadi mitra sekolah ini dapat memperlihatkan kepada siswa dan guru tentang dunia kerja melalui program magang dan karir. Jika memungkinkan, sekolah juga dapat mengundang profesional untuk berbicara di kelas atau sekolah. Misalnya, sekolah dapat mengundang seorang pemelihara lingkungan untuk berbicara tentang pekerjaannya. Ini dapat menggugah siswa untuk memelihara lingkungan dan melestarikan alam.


Meningkatkan mutu pendidikan bukan hanya tugas guru dan sekolah, pemerintah sebagai fasilitator pendidikan tentu sangat berperan dalam hal ini.  Pihak yang tidak kalah pentingnya adalah orangtua dan keluarga.  Jika semua ini peduli terhadap pendidikan, maka tujuan pendidikan niscaya akan tercapai.

image source:
http://www.leadcommission.org

No comments:
Write comments